Saturday, October 24, 2009

Moni, monyet yang licik

Siang itu angin berhembus sepoi-sepoi. Moni duduk di dahan sambil mengantuk. Tiba-tiba
perutnya berbunyi keroncongan dan terasa lapar. Ia membayangkan betapa enaknya bila
makan buah-buahan. Tetapi ia kemudian tersentak mengingat kata-kata temannya. Ia
dikatakan sebagai si Serakah, si Rakus, si Tukang Makan, dan sebagainya. Bahkan ia
terngiang kata-kata pak tani yang memarahinya. "Awas, kalau mencuri lagi! Kubunuh, Kau!
Kalau kau ingin makan buah-buahan tanamlah sendiri! Bekerja dan berusahalah dengan
baik!" kata petani dengan geram. Bulu kuduknya berdiri ketika ia teringat pernah dipukuli
ketika mencuri pisang dan mangga di kebun pak tani.
Moni kemudian berpikir bagaimana cara mendapatkan
makanan agar tidak dimarahi orang. "Ah, lebih baik saya
mencari sahabat karibku! Mudah-mudahan ia dapat
membantuku," kata Moni dalam hati. Ia kemudian turun
dari pohon dan berjalan mencari katak sahabat karibnya.
Setibanya di pematang sawah, sambil bernyanyi ia
memanggil sahabat karibnya tersebut.
"Pung... ketipung ... pung! He... he... he...! Katak sahabatku, mengapa engkau sudah lama tak
muncul? Ini sahabatmu datang! Saya rindu sekali padamu! Muncullah ... muncullah!"
Mendengar nyanyian tersebut katak muncul sambil bernyayi "Teot... teot! Teot... teblung!
Ini aku si Katak datang!" Aku juga rindu padamu. Bagaimana aku muncul, bila kau sendiri
tak muncul?" Kedua binatang tersebut kemudian berbincang-bincang untuk melepaskan
kerinduannya. Pada kesempatan itu juga si Monyet menyampaikan maksudnya.
"Katak sahabatku, bagaimana kalau kita bekerja sama untuk menanam buah-buahan," ajak
monyet. "Wah, saya setuju sekali. Tetapi buah apa ya yang paling

enak dan paling mudah
ditanam?" jawab Katak. "Lebih baik kita menanam pisang saja! Bibitnya mudah didapat
dan cara menanamnyapun mudah, bagaimana?" kata monyet sambil bertanya. "Baiklah,
saya akan mencari bibitnya. Biasanya banyak batang pohon pisang yang hanyut di sungai.
Mari kita ke tepi sungai!" jawab katak sambil mengajak monyet. Mereka kemudian ke tepi
sungai sambil berbincang-bincang dengan akrabnya. Sesampainya di tepi sungai ia
bermain-main sambil menunggu bila ada batang pisang yang hanyut. Benar juga! Tak lama
kemudian ada sebatang pohon pisang yang hanyut.
"Nah, itu dia!" Teriak katak sambil menunjuk batang pisang yang hanyut. "Mari kita seret
ke tepi!" ajak moni. "Mari!" jawab katak. Mereka terjun ke sungai dan menyeret batang
pisang ke tepi sungai. Sesampainya di tepi, mereka angkat batang pisang itu ke daratan.
Mereka kemudian menunggu kalau ada batang pisang yang hanyut lagi tetapi tak kunjung
datang. "Menunggu itu membosankan," kata monyet menggerutu. "Ya, kalau begitu besok
kita ke sini lagi! Kita tunggu bila ada batang pisang yang hanyut lagi! Yang ini untukku,"
kata katak sambil memegang batang pisang. "Ah, jangan curang! Ini milik kita berdua. Dari
pada menunggu sampai besok sebaiknya kita bagi saja batang pohon pisang ini sekarang,"
kata monyet.
"Baiklah, kita potong saja batang pohon pisang ini menjadi dua. Kamu bagian bawah sedang
saya yang bagian atas" kata katak. "Ah, jangan curang! Yang dapat berbuah kan bagian
atas! Saya sangat memerlukan buah itu dari pada kamu. Nanti yang bagian bawah juga
dapat berbuah," kata monyet membujuk katak. "Baiklah, kita kan bersahabat. Seorang
sahabat haruslah saling mengerti dan saling menolong. Kita tidak boleh bertengkar hanya
karena perkara kecil. Bawalah yang bagian atas! Saya cukup yang bagian bawah saja," kata
katak penuh perhatian. Mereka akhirnya membawa bagian masing-masing ke hutan. Moni
membawa batang pisang bagian atas dan katak bagian bawah untuk ditanam.
Setiap sebulan sekali monyet mengunjungi katak. Mereka saling menanyakan tanamannya.
"Bagaimana tanaman pisangmu?" tanya moni. "Ha... ha..., lihat saja itu! Subur bukan?!
Tanamanku sangat subur. Daunnya begitu lebat." Jawab katak sambil menunjukkan
tanamannya. "Bagaimana dengan tanamanmu?" tanya katak lebih lanjut. "Wah...,
tanamanku juga demikian!" jawab moni membohongi temannya. Ia bohong karena
tanamannya sudah mati. Batang bagian atas tak mungkin hidup bila ditanam. Bulan
berikutnya moni datang lagi. Ia bertanya kepada katak tentang tanamannya. "Bagaimana
tanamanmu?" tanya moni.
"Wah, tanaman pisangku sangat subur, dan sekarang sudah berbuah. Bagaimana pula
tanamanmu?" jawab katak sambil menanyakan tanaman si Moni. "Demikian juga
tanamanku, sudah berbuah. Bahkan buahnya besar-besar," jawab moni berbohong. Mereka
kemudian berbincang-bincang sambil bergurau. Setelah selesai, moni kembali ke hutan.
Pada kunjungan berikutnya ternyata buah pisangnya sudah masak tetapi katak tidak
dapat memetiknya karena tidak dapat memanjat pohon pisang tersebut. Katakpun
meminta bantuan kepada moni yang sedang berkunjung. "Moni, tolong petikkan pisangku
yang sudah masak itu!" pinta katak kepada moni.
"Wah, dengan senang hati, mari kita ke sana!" jawab moni sambil mengajak katak. Monipun
segera memanjat pohon pisang dan sesampainya di atas ia segera memetik dan mencoba
memakannya. "Wah, ranum benar pisangmu!" teriak moni dari atas pohon pisang. "Hai
moni, jangan kau makan sendiri saja. Cepat petikkan sesisir dulu untukku" teriak katak
sambil memohon. "Ya, nanti dulu! Aku belum selesai memakannya. " sahut moni. Satu, demi
satu dimakannya pisang tersebut oleh moni, setiap katak meminta ada saja jawaban si
Moni. Katak tak pernah diberi. Bahkan si Katak hanya dilempari kulitnya.
"Kamu lebih baik makan kulitnya saja, Tak! Ini bagianmu, terimalah! kata moni. Katakpun
berang dilecehkan oleh moni. Ia pun berkata dalam hati untuk memberikan pelajaran
kepada moni yang serakah tersebut. "Baiklah, habiskan saja pisangku. Aku sudah tak
berminat lagi. Aku sudah kenyang makan nyamuk. Makanan utamaku kan nyamuk, bukan
pisang seperti makananmu." kata katak dengan kesal. "Ha... ha... ha..., katak...katak...,
salahmu sendiri kamu tak dapat memanjat. Kamu hanya dapat meloncat-loncat saja. Coba
perhatikan saya! Saya dapat berjalan, meloncat dan memanjat. Makanankupun lebih
banyak jenisnya daripada kamu. Kamu lebih baik makan nyamuk saja. Pisang ini sebenarnya
untukku bukan untukmu," kata moni dengan congkak.
"Dasar moni serakah! Sudahlah, jangan banyak bicara! Cepat habiskan saja pisangku!
Sebentar lagi batangnya akan saya tebang," kata katak dengan marah. Selesai berbicara
katakpun mulai menebang batang pohon pisangnya. Moni segera mempercepat makannya.
Tak terasa ia mulai kenyang dan mengantuk. Batang pohon pisang mulai bergoyang dan
akan roboh tetapi moni tak dapat menahan kantuknya. Lebih-lebih goyangannya batang
pohon pisang dianggapnya sebagai ayunan yang meninabobokkan. Akhirnya ia jatuh.
Perutnya terkena ujung pohon kayu kering yang runcing dan badannya tertimpa batang
pohon pisang.
HIKMAH :
Janganlah menjadi seorang yang serakah, karena keserakahan bisa menyebabkan
kesulitan/musibah pada diri kita.

Baca pula dongeng berikut ini:



Widget by Matahati | Jack Book

No comments:

Post a Comment

Silakan Berkomenter sesuai cerita/dongeng yang Anda baca agar kami bisa terus memperbaiki isi dan kualitas tulisan. Terimmma Kasssih.