Wednesday, October 28, 2009

Dongeng Anak: Kelelawar Yang Pengecut


Di sebuah padang rumput di Afrika, seekor Singa sedang menyantap makanan. Tiba-tiba
seekor burung elang terbang rendah dan menyambar makanan kepunyaan Singa. "Kurang
ajar", kata singa. Sang Raja hutan itu sangat marah sehingga memerintahkan
seluruh binatang untuk berkumpul dan menyatakan
perang terhadap bangsa burung. "Mulai sekarang segala
jenis burung adalah musuh kita, usir mereka semua,
jangan disisakan!" kata Singa. Binatang lain setuju sebab
mereka merasa telah diperlakukan sama oleh bangsa
burung.
Ketika malam mulai tiba, bangsa burung kembali ke sarangnya. Kesempatan itu digunakan
oleh para Singa dan anak buahnya untuk menyerang. Burung-burung kocar-kacir melarikan
diri. Untung masih ada burung hantu yang dapat melihat dengan jelas di malam hari
sehingga mereka semua bisa lolos dari serangan singa dan anak buahnya.
Melihat bangsa burung kalah, sang kelelawar merasa cemas, sehingga ia bergegas
menemui sang raja hutan. Kelelawar berkata, "Sebenarnya aku termasuk bangsa tikus,
walaupun aku mempunyai sayap. Maka izinkan aku untuk bergabung dengan kelompokmu,
Aku akan mempertaruhkan nyawaku untuk bertempur melawan burung-burung itu". Tanpa
berpikir panjang singa pun menyetujui kelelawar masuk dalam kelompoknya.
Malam berikutnya kelompok yang dipimpin singa kembali menyerang kelompok burung dan
berhasil mengusirnya. Keesokan harinya, menjelang pagi, ketika kelompok Singa sedang

istirahat kelompok burung menyerang balik mereka dengan melempari kelompok
singa dengan batu dan kacang-kacangan. "Awas hujan
batu," teriak para binatang kelompok singa sambil
melarikan diri. Sang kelelawar merasa cemas dengan hal
tersebut sehingga ia berpikiran untuk kembali bergabung
dengan kelompok burung. Ia menemui sang raja burung
yaitu burung Elang. "Lihatlah sayapku, Aku ini seekor
burung seperti kalian". Elang menerima kelelawar dengan
senang hati.
Pertempuran berlanjut, kera-kera menunggang gajah
atau badak sambil memegang busur dan anak panah.
Kepala mereka dilindungi dengan topi dari tempurung
kelapa agar tidak mempan dilempari batu. Setelah
kelompok singa menang, apa yang dilakukan kelelawar?.
Ia bolak balik berpihak kepada kelompok yang menang.
Sifat pengecut dan tidak berpendirian yang
dimiliki kelelawar lama kelamaan diketahui oleh kedua kelompok singa dan kelompok
burung.
Mereka sadar bahwa tidak ada gunanya saling bermusuhan. Merekapun bersahabat
kembali dan memutuskan untuk mengusir kelelawar dari lingkungan mereka. Kelelawar
merasa sangat malu sehingga ia bersembunyi di gua-gua yang gelap. Ia baru menampakkan
diri bila malam tiba dengan cara sembunyi-sembunyi

Hikayat Bunga Kemuning

Dahulu kala, ada seorang raja yang memiliki sepuluh orang
puteri yang cantik-cantik. Sang raja dikenal sebagai raja
yang bijaksana. Tetapi ia terlalu sibuk dengan kepemimpinannya,
karena itu ia tidak mampu untuk mendidik anakanaknya.
Istri sang raja sudah meninggal dunia ketika
melahirkan anaknya yang bungsu, sehingga anak sang raja
diasuh oleh inang pengasuh. Puteri-puteri Raja menjadi
manja dan nakal.
Mereka hanya suka bermain di danau. Mereka tak mau belajar dan juga tak mau membantu ayah
mereka. Pertengkaran sering terjadi diantara mereka.
Kesepuluh puteri itu dinamai dengan nama-nama warna. Puteri Sulung bernama Puteri
Jambon. Adik-adiknya dinamai Puteri Jingga, Puteri Nila, Puteri Hijau, Puteri Kelabu,
Puteri Oranye, Puteri Merah Merona dan Puteri Kuning, Baju yang mereka pun berwarna
sama dengan nama mereka. Dengan begitu, sang raja yang sudah tua dapat mengenali
mereka dari jauh. Meskipun kecantikan mereka hampir sama, si bungsu Puteri Kuning
sedikit berbeda, Ia tak terlihat manja dan nakal. Sebaliknya ia selalu riang dan dan
tersenyum ramah kepada siapapun. Ia lebih suka bebergian dengan inang pengasuh
daripada dengan kakak-kakaknya.
Pada suatu hari, raja hendak pergi jauh. Ia mengumpulkan semua puteri-puterinya. "Aku
hendak pergi jauh dan lama. Oleh-oleh apakah yang kalian inginkan?" tanya raja. "Aku
ingin perhiasan yang mahal," kata Puteri Jambon. "Aku mau kain sutra yang berkilaukilau,"
kata Puteri Jingga. 9 anak raja meminta hadiah yang mahal-mahal pada ayahanda
mereka. Tetapi lain halnya dengan Puteri Kuning. Ia berpikir sejenak, lalu memegang
lengan ayahnya. "Ayah, aku hanya ingin ayah kembali dengan selamat," katanya. Kakakkakaknya
tertawa dan mencemoohkannya. "Anakku, sungguh baik perkataanmu. Tentu saja
aku akan kembali dengan selamat dan kubawakan hadiah indah buatmu," kata sang raja.
Tak lama kemudian, raja pun pergi.
Selama sang raja pergi, para puteri semakin nakal dan malas. Mereka sering membentak
inang pengasuh dan menyuruh pelayan agar menuruti mereka. Karena sibuk menuruti
permintaan para puteri yang rewel itu, pelayan tak sempat membersihkan taman istana.
Puteri Kuning sangat sedih melihatnya karena taman adalah tempat kesayangan ayahnya.
Tanpa ragu, Puteri Kuning mengambil sapu dan mulai membersihkan taman itu. Daun-daun
kering dirontokkannya, rumput liar dicabutnya, dan dahan-dahan pohon dipangkasnya
hingga rapi. Semula inang pengasuh melarangnya, namun Puteri Kuning tetap berkeras
mengerjakannya.
Kakak-kakak Puteri Kuning yang melihat adiknya menyapu,
tertawa keras-keras. "Lihat tampaknya kita punya pelayan
baru,"kata seorang diantaranya. "Hai pelayan! Masih ada
kotoran nih!" ujar seorang yang lain sambil melemparkan
sampah. Taman istana yang sudah rapi, kembali acakacakan.
Puteri Kuning diam saja dan menyapu sampahsampah
itu. Kejadian tersebut terjadi berulang-ulang
sampai Puteri
Kuning kelelahan. Dalam hati ia bisa merasakan penderitaan para pelayan yang dipaksa
mematuhi berbagai perintah kakak-kakaknya.
"Kalian ini sungguh keterlaluan. Mestinya ayah tak perlu membawakan apa-apa untuk
kalian. Bisanya hanya mengganggu saja!" Kata Puteri Kuning dengan marah. "Sudah ah, aku
bosan. Kita mandi di danau saja!" ajak Puteri Nila. Mereka meninggalkan Puteri Kuning
seorang diri. Begitulah yang terjadi setiap hari, sampai ayah mereka pulang.
Ketika sang raja tiba di istana, kesembilan puteri nya masih
bermain di danau, sementara Puteri Kuning sedang merangkai
bunga di teras istana. Mengetahui hal itu, raja menjadi sangat
sedih. "Anakku yang rajin dan baik budi! Ayahmu tak mampu
memberi apa-apa selain kalung batu hijau ini, bukannya warna
kuning kesayanganmu!" kata sang raja.
Raja memang sudah mencari-cari kalung batu kuning di berbagai negeri, namun benda itu
tak pernah ditemukannya. "Sudahlah Ayah, tak mengapa. Batu hijau pun cantik! Lihat,
serasi benar dengan bajuku yang berwarna kuning," kata Puteri Kuning dengan lemah
lembut. "Yang penting, ayah sudah kembali. Akan kubuatkan teh hangat untuk ayah,"
ucapnya lagi. Ketika Puteri Kuning sedang membuat teh, kakak-kakaknya berdatangan.
Mereka ribut mencari hadiah dan saling memamerkannya. Tak ada yang ingat pada Puteri
Kuning, apalagi menanyakan hadiahnya. Keesokan hari, Puteri Hijau melihat Puteri Kuning
memakai kalung barunya. "Wahai adikku, bagus benar kalungmu! Seharusnya kalung itu
menjadi milikku, karena aku adalah Puteri Hijau!" katanya dengan perasaan iri.
Ayah memberikannya padaku, bukan kepadamu," sahut Puteri Kuning. Mendengarnya,
Puteri Hijau menjadi marah. Ia segera mencari saudara-saudaranya dan menghasut
mereka. "Kalung itu milikku, namun ia mengambilnya dari saku ayah. Kita harus
mengajarnya berbuat baik!" kata Puteri Hijau.
Mereka lalu sepakat untuk merampas kalung itu. Tak lama
kemudian, Puteri Kuning muncul. Kakak-kakaknya
menangkapnya dan memukul kepalanya. Tak disangka,
pukulan tersebut menyebabkan Puteri Kuning meninggal.
"Astaga! Kita harus menguburnya!" seru Puteri Jingga.
Mereka beramai-ramai mengusung Puteri Kuning, lalu
menguburnya di taman istana. Puteri Hijau ikut mengubur
kalung batu hijau, karena ia tak menginginkannya lagi.
Sewaktu raja mencari Puteri Kuning, tak ada yang tahu kemana puteri itu pergi. Kakakkakaknya
pun diam seribu bahasa. Raja sangat marah. "Hai para pengawal! Cari dan
temukanlah Puteri Kuning!" teriaknya. Tentu saja tak ada yang bisa menemukannya.
Berhari-hari, berminggu-minggu, berbulan-bulan, tak ada yang berhasil mencarinya. Raja
sangat sedih. "Aku ini ayah yang buruk," katanya." Biarlah anak-anakku kukirim ke tempat
jauh untuk belajar dan mengasah budi pekerti!" Maka ia pun mengirimkan puteriputerinya
untuk bersekolah di negeri yang jauh. Raja sendiri sering termenung-menung di
taman istana, sedih memikirkan Puteri Kuning yang hilang tak berbekas.
Suatu hari, tumbuhlah sebuah tanaman di atas kubur Puteri
Kuning. Sang raja heran melihatnya. "Tanaman apakah ini?
Batangnya bagaikan jubah puteri, daunnya bulat berkilau
bagai kalung batu hijau, bunganya putih kekuningan dan
sangat wangi! Tanaman ini mengingatkanku pada Puteri
Kuning. Baiklah, kuberi nama ia Kemuning.!" kata raja
dengan senang. Sejak itulah bunga kemuning mendapatkan
namanya. Bahkan, bunga- bunga
kemuning bisa digunakan untuk mengharumkan rambut. Batangnya dipakai untuk membuat
kotak-kotak yang indah, sedangkan kulit kayunya dibuat orang menjadi bedak. Setelah
mati pun, Puteri Kuning masih memberikan kebaikan.
HIKMAH :
Kebaikan akan membuahkan hal-hal yang baik, walaupun kejahatan sering kali
menghalanginya.

Penting!! Perlu Anda Baca:
@ Kumpulan dongeng anak
@ Bukan Berita Biasa
@ Trik dan rumus matematika
@ Catatan dan Ulasan Seputar dakwah
@ Tips dan Trik belajar yang efektif
@ Review dan Ulasan pertandingan Juventus
@ Pasang Iklan gratis
@ Kumpulan widget gratis
@ Seputar hukum dan kisah-kisah sedekah
@ Seputar Koleksi Buku
@ Seputar Resensi Buku
@ Kumpulan tutorial Blog

Baca pula dongeng berikut ini:



Widget by Matahati | Jack Book

No comments:

Post a Comment

Silakan Berkomenter sesuai cerita/dongeng yang Anda baca agar kami bisa terus memperbaiki isi dan kualitas tulisan. Terimmma Kasssih.