Thursday, March 1, 2012
Batu dan Si Putri
Dulu sekali, di jaman kerajaan, istana, monster, naga dan cincin ajaib, hidup seorang laki-laki tua yang pekerjaannya bercerita kepada tua muda, cerita dongeng tentang apa saja.
Si pendongeng berkelana dari desa ke desa dengan tas kulit di bahunya. Ia akan bercerita dengan imbalan makanan hangat dan tempat untuk tidur. Setiap dongeng ia ceritakan dengan sepenuh hati. Memang dongeng itu harus diceritakan, karena kalau tidak dongeng itu akan hilang bersama debu-debu.
Di sebuah desa, penduduknya begitu bersemangat menyambut kedatangan si pendongeng. Pak walikota telah membuka balai desa dan mengumumkan digelarnya pesta desa. Semua orang datang ke pesta itu untuk makan, minum, dan tentunya mendengar cerita si pendongeng.
Diantara mereka, ada seorang gadis muda, gadis dari peternakan. Ia sibuk mengumpulkan makanan di celemek yang dipakainya. Makanan itu untuk kakaknya, yang sedang berbaring sakit di rumah. Gadis itu dan kakaknya tinggal berdua saja.
Ketika si pendongeng memasuki balai desa, semua orang bersorak gembira. Ayo, pendongeng, berceritalah!
Pendongeng itu tersenyum. Meletakkan tas kulitnya di atas meja. Ia buka perlahan-lahan, terlihat banyak batu cantik di dalamnya. Ia lalu mengambil sebuah batu ungu. Si pendongeng mendekap batu tersebut di dadanya. Ia pun mulai bercerita,
Pendongeng : Pada suatu hari, di sebuah hutan, seekor rubah bertemu dengan seekor beruang. Rubah tak pernah melihat beruang seperti itu, karena beruang ini terlihat begitu gembira. Wajahnya cerah sekali
Penduduk desa terus mendengarkan dengan seksama. Ketika dongeng itu selesai, mereka meminta diceritakan satu dongeng lagi. Kali ini mereka meminta dongeng tentang cinta.
Pendongeng : Di sebuah kerajaan yang jauh sekali, tinggal tiga gadis bersaudara. Ketiganya memiliki kegemaran yang berbeda-beda. Yang sulung sangat gemar berkebun. Di halaman rumah mereka, bunga-bungaan tumbuh dengan indahnya
Ketika ia bercerita, mata semua yang mendengarkan berkaca-kaca karena haru. Hanya satu orang yang tidak tersentuh dengan cerita itu. Yaitu seorang pencuri yang mengincar batu-batuan milik si pendongeng. Ia berhasil mengambil beberapa buah batu dan menyimpannya di kantong. Namun, ketika hendak dijual, batu-batu itu berubah menjadi batu biasa..
Pendongeng : Itu adalah batu cerita. Tidak bisa dijual. Tanpa sebuah cerita, itu hanya menjadi sebuah batu biasa...
Pendongeng bersiap-siap untuk bercerita lagi. Kali ini dongeng tentang harapan.
Pendongeng : Pada suatu masa, di suatu tempat, tinggalah seorang gadis desa. Walaupuan tidak dandan, ia cantik sekali. Gadis itu rajin bekerja membantu orangtuanya
Ketika dongeng itu selesai, gadis peternakan mendekati si pendongeng. Ia minta si pendongeng bercerita untuk kakaknya yang sakit. Pendongeng itu diam sejenak lalu berkata
Pendongeng : Kamu saja yang bercerita. Pasti sama bagusnya dengan aku.
Ia lalu memberikan sebuah batu biasa kepada gadis itu. Dengan senang hati, gadis itu pulang ke rumahnya. Kakaknya sedang berbaring lemah di tempat tidur. Ia lalu menceritakan kembali cerita si pendongeng, sambil menggenggam batu tadi. Ketika dongengnya selesai, wajah kakaknya terlihat lebih cerah.
Setiap malam, gadis itu menceritakan dongeng kepada kakaknya. Dan setiap hari pula, keadaan kakaknya membaik, hingga akhirnya sembuh. Ketika matahari pagi muncul, sinarnya menyinari keduanya yang tertidur lelap. Dan di tangan si gadis peternakan, terdapat sebuah batu cantik, batu emas.
Anda ingin bikin blog yang cantik, keren tapi murah? klik di sini
Penting!! Perlu Anda Baca:
@ Cara Bikin Blog Cantik
@ Blog Matahati
@ Bukan Berita Biasa
@ Trik dan rumus matematika
@ Catatan dan Ulasan Seputar dakwah
@ Tips dan Trik belajar yang efektif
@ Review dan Ulasan pertandingan Juventus
@ Pasang Iklan gratis
@ Kumpulan widget gratis
@ Seputar hukum dan kisah-kisah sedekah
@ Seputar Koleksi Buku
@ Seputar Resensi Buku
@ Kumpulan tutorial Blog
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
No comments:
Post a Comment
Silakan Berkomenter sesuai cerita/dongeng yang Anda baca agar kami bisa terus memperbaiki isi dan kualitas tulisan. Terimmma Kasssih.